Cerpen Lanjutan dan Media Mogul Project
Baca artikel sebelumnya
di sini
Aku membalikkan badan dan melihat seorang prajurit wanita sedang mengayunkan tinju ke arah leherku. Sontak aku menghindar, menghindari lagi pukulannya ke arah dada. Cukup kalang kabut aku dibuatnya, gerakannya begitu cepat bahkan susah untuk mengambil nafas. Setelah beberapa pukulan kuhindari, aku mulai membalas. Aku mencoba membatasi gerakannya, kecepatannya. Setiap serangannya kugagalkan bahkan sebelum serangannya tiba. Beberapa waktu kemudian, tubuh mungil tapi kekarnya terlempar-lempar karena perbedaan berat badan dan kekuatan kita. Aku berusaha untuk menyudutkannya ke arah dinding gua.
Sebuah tendangan balasan keras mengarah ke dadaku setelah kulemparkan dia menabrak gua. Benar-benar tidak terduga dan cepat. Butuh sepenuh konsentrasiku untuk menghindarkan tulang dadaku dari tendangan itu, mengorbankan dada kanan untuk tertendang. Aku menjatuhkan diri melakukan gerakan menyapu, dia kena! Cepat-cepat aku meraih belakang lehernya, mencengkeramnya. Memutuskan aliran-aliran listrik yang mensyarafi badannya dari leher ke bawah, melumpuhkannya sementara.
HOSH! HOSH!
Deru nafas kami berdua menggaung di dalam gua. Pertarungan berakhir di kemenanganku, bukan pertarungan yang mudah, kupikir. Kusapukan pandanganku ke arahnya, dia memakai seragam tentara Bulgaria, basah dari ujung kaki ke ujung rambut.
"Kill me!" tuntutnya
"Why should I?"
"We are enemies"
"No, we were. We are just 2 people lost in the jungle. Until we're out of here then we have time to discuss whether we're enemies or not"
". . ."
"I'm Graccus. What' your name?"
". . ."
"Even enemies must know each other names"
". . ."
"Fine then"
"Its Violeta"
"Violeta then"
Hening kembali datang setelah percakapan 'ringan tadi'. Sampai kudengar gemeretak gigi Violeta. Dia kedinginan tapi tidak menggigil. Uh-oh, aku tidak memperhitungkan hal ini. Cengkeramanku di lehernya membuatnya kehilangan kemampuan untuk menggigil, menghasilkan panas tubuh yang cukup. Aku mencoba mengurut lehernya, mempercepat hilangnya efek cengkeramanku tadi. Tapi sia-sia, dia akan hipotermi sebelum efeknya hilang. Kubuka seluruh bajunya yang basah menyisakan bra dan CDnya. Tentunya dengan sedikit protes, tetapi dia tahu bahwa hal ini untuk menolongnya, toh dia dalam keadaan tidak berdaya. Kudekatkan tubuhnya ke arah api unggun.
Aku kembali tenang setelah suhu tubuhnya mulai stabil. Ketenanganku justru membuat pikiranku kacau. Kami pria dan wanita cantik berada pada satu ruangan tertutup berdua saja. Kulirik Violeta, uh, dia cukup seksi, bahkan seksi sekali dengan dada penuh dan pinggul montok. Dia menyadari pandanganku, dan berusaha memandang balik, melihat dari ujung kaki ke ujung rambutku yang bertelanjang dada. Berkali-kali kuulangi "dia cantik dan seksi, tapi dia beracun, jadi jauhilah" dalam pikiranku. Berusaha menyingkirkan pikiran aneh-aneh itu, aku mencoba tertidur.
Aku terbangun saat mendengar suara. Violeta sedang mencabut pisau yang tertancap di dinding gua. Menyadari aku bangun, dia segera melompat ke arahku sambil menusukkan pisaunya. Cukup gagap juga diriku untuk menangkap pergelangan tangannya. Kubalikkan tubuhnya, aku sekarang menindih dirinya, pisaunya kurenggut dan kubuang jauh.
"What the meaning of this"
"I've said we're enemies"
"Didn't I tell you to discuss this after we're out of here"
"...true"
"This what you would do to people who helped you, even an enemy? I didn't even kill one of your comrade, I just blew up the base, no life lost, I made sure of that"
". . ."
Dia menyesal, kulihat itu di matanya
"I'm...uhm... sorry... I...promise not...to do that again..."
Dia menggigil kembali, butuh banyak tenaga untuk memaksa diri berjalan sebelum pengaruh cengkeramanku hilang, justru menjauhi api unggun yang memberinya kehangatan. Kalau tadi aku melihat dari jauh seorang wanita seksi, sekarang dia berada dalam tindihanku. Adrenalinku belum juga reda, pula aku sedikit marah pada Violeta. Aku mencium pipinya, dia sontak marah.
"What are you doii...mmmph..." suaranya terbungkam karena pagutanku
"Curing you" jawabku santai
Dia mencoba berontak, tapi aku tahu tubuhnya masih lemah. Mudah saja aku memaksakan kehendakku kepadanya, sekalian menyembuhkan hipoterminya dengan panas tubuhku, kupikir. Aku memanfaatkan banyak waktu untuk membuai dirinya dalam awang-awang. Tidak butuh waktu lama untuk rontaannya berubah menjadi goyangan manja, teriakannya berubah menjadi desahan. Dan kami berdua larut dalam kenikmatan dan kehangatan dalam gua impian.
Suara burung berkicau, pula peletik-peletik api anggun yang sudah mulai padam. Tubuhku terasa nyaman, hangat meskipun hanya berselimut sebuah seragam tentara yang mulai kering. Sebuah tubuh lembut nan hangat di pelukanku, terkejap mataku kaget. Aku tertawa dalam hati jika mengingat kejadian semalam, bagaimana aku bisa lupa.
"Umh..."
Rupanya Violeta merasakan diriku sudah terbangun, ia terbangun pula karenanya. Bibirnya menyunggingkan senyum manja.
"Graccus..." tangannya yang kasar tetapi mungil meraba dada telanjangku.
"It's morning already, we should get prepared" Aku mencoba untuk bangkit
"Wait. Please wait a moment, just...let me savor this situation for a while..." Violeta merajuk sambil merangkulkan kedua lengannya ke leherku. Aku menurut dan kembali ke dalam pelukannya
Helikopter penjemputku datang. Aku meminta pilot untuk menaikkan Violeta ke atas tebing. Tentu saja dia menyetujui.
"Will you come back?" tanyanya
"Perhaps"
"Are we enemies then?" dia meraih tanganku dan menggenggamnya, mendekapnya di dada
"I dunno"
"I wish we're not enemies. Just a man and a woman"
"Me too"
Dia menciumku, kubalas pagutannya. Ketakutanku yang terbesar adalah jika suatu saat harus menghadapinya di medan tempur. Kucurahkan segenap perasaanku dalam ciuman, mungkin yang terakhir dengannya.
"Go with me, forget about bulgaria" aku masih bertahan dalam ketidakmungkinan
"I can't. I'm a soldier" jawabnya lugas
Mungkin suatu saat, jika Bulgaria bukan lagi musuh kita, kita bisa bersama lagi....
"I will wait for that time" kata-katanya itu masih terngiang di kepalaku.
Turkey secured Eastern Anatolia in the battle versus Bulgaria
Di tanah air, tepuk tangan membahana di markas pasukan sIndo. Letnan Graccus, kapten sekarang, berdiri memberi hormat kepada bendera. Upacara penyematan tanda jasa terasa hampa di dadaku. Violeta, nama yang akan selalu terukir di hatiku. Akupun menunggu sampai saat kita bisa bersama
TAMAT
bonus:
Rate si mbak ini, saya rate 7. :p
======================================================================================
Ayo dukung dong media mogul saya. Pertama klik tombol vote dan sub. Kalo dah subbed JANGAN unsub . Comment aja vote brapa, sub berapa, dan link korannya, ntar saya sub balik.
Foreign subscriber, please wait for the english version
If you can't wait. Then use google translate, but it will be suck, I guess :p
Regards
graccus
Previous article:
[Trans]Short Story and Media Mogul Project (14 years ago)
Next article:
Guide Nubi Menjadi Warga e-sim Indo yang Mumpuni (14 years ago)